Minggu, 30 Januari 2011

Curhat~

tuh, kan! apa gue bilang! mereka tuh ga ngerti! ini hobi gue, gue seneng bikin cerita! gue seneng ngepost cerita gue di blog! mereka ga tau apa yang gue suka. mereka cuma ngerti gue harus begini, harus begitu!!
mereka ga tau gue suka gambar, suka bikin puisi!! mereka ga tau dan ga mau memahami apa hobi gue.. mereka ga tau dan ga mau tau!!
>>>>mereka=ortu gue.. gue sedih bgini terus..

Kamis, 27 Januari 2011

Cinta yang terlepas

Tak tau siapa dia..
Muncul secara tiba-tiba..
Entah darimana datangnya..
Dari seberang samudra asalnya...

Berawal dari sebuat kata..
Menjelma menjadi sebuah cerita..
Cerita cinta dua manusia..
Cinta kami berdua..

Hari-hari tak lagi sepi..
Saat dia ada di sisi..
Aku bahagia,
Bahagia karenanya..

Namun badai pun datang..
Datang tanpa diundang..
Mengoyak-moyak hatiku..
Menghancur-leburkan jiwaku..

Dikala malam yang sepi..
Dihiasi bulan pucat pasi...
Aku terbaring sendiri..
Termenung menyadari..

Cinta telah terlepas,
Pada Januari 2011...

Senin, 24 Januari 2011

Memori

semua berlalu
dihadapanku
tanpa dapat kucegah
hatiku sakit
saat kau pergi
bantu aku
tuk lupakan
semua memori
tentang dirimu

Beverly

 (Ken)
Bev, nama gadis itu. Beverly. Kadang aku suka memanggilnya Little Bee, dan dia akan menggerutu marah tak jelas. Dia, gadis yang sangat berarti di hidupku.



***

(Bev)
Kennedith, aku selalu memanggilnya Ken. Dia orang yang baik. *menggumam* Oke, dia orang yang sangat, sangat, sangat BAIK. Aku sangat menyayanginya, seperti ia menyayangiku. Tapi, ia selalu menyimpan rahasia dariku. Rahasia yang akan membuatku benar-benar hancur & terluka.



***

17 Januari 2008

(Ken)
Hari itu Bev terlihat sangat ceria, aku yakin sekitar 172 kali aku melihat lesung pipit-nya muncul dipipinya. Pantas saja, hari itu adalah hari ulang tahunnya. Karena keluarga Bev bertinggal di tempat yang jauhnya dari kota yang kami tinggali, maka kami hari ini merayakannya hanya berdua. Berjalan di pinggiran emperan toko di malam bersalju... *menghela nafas*

Ah, kupikir lagi rencana ini. Tak mungkin aku memberitahunya. Aku pun tak ingin melihatnya bersedih. Lihat dia, berceloteh riang di hari ulang tahunnya. Tak mungkin bagiku, merusak hari spesial ini untuknya.


***

(Bev)
Ken, ada apa denganmu ? 

Pertanyaan itu terus terngiang dihatiku. Tapi aku yakin ia tak mau berpanjang kata. Oh, Ken, sesungguhnya aku benar-benar sedih melihatmu seperti ini. Kau memang tersenyum, tapi aku tau apa yang ada dihatimu, dapat kurasakan itu dari sikapmu. Ah, mungkin kau tidak ingin menceritakannya dulu. Ken pasti tau betapa berharganya hari ini untukku. 

Terima kasih, Ken.

*** 

(Ken)
Ah... Sirat mata itu. Yah, Ia memang tau diriku. Ia tau aku kini tengah dilanda gundah gulana. Maafkan aku, Beverly. Akan kuberitahu kau semua ini. Tapi nanti. Tidak sekarang. Aku tak mau kau tau semua. Aku ingin kita menikmati waktu-waktu yang bergulir ini dulu, tanpa rasa cemas yang menyeruak.

***

19 Januari 2008

(Bev)
Aku sungguh khawatir padanya. Ia bertingkah aneh belakangan ini. Kenapa ia? Ia seakan-akan ingin menjauh dariku. Tak mau lagi bercengkrama seperti dulu. Semua dimulai saat ia pulang dari check-up di sebuah rumah sakit. Oh, Ken.  

Ada apa denganmu?

***
(Ken)
Kini kau tengah berjalan-jalan memikirkan semua masalah di dekat sebuah rambu lalu lintas. Aku sungguh merasa kacau setelah sore itu. Kala aku menemui seorang dokter langgananku. Masih kuingat setiap detail kata-katanya. Maafkan aku, Ken. Tak ada yang dapat kuperbuat lagi. Pilu aku dibuatnya.  

Oh Tuhan, aku belum mau meniggalkan Bev!

Aku mencintai Bev!

Kumohon, jangan biarkan semua ini terjadi!

Ratapku dalam hati. Saat itulah aku mendengar suara rem mobil yang panjang, diiringi suara klakson mobil yang kencang. Dan juga suara tubrukan.

CIIITTTT!!! BRAAAAKKKK!!


***

(Bev)
Aku tau ada yang salah! Aku selalu tau jika ada yang tidak benar.Ken! Aku tau mengapa hati ini terasa pilu melihatnya tadi pagi. Kini Aku TAU! Ken, Ken, dan Ken. Hanya Ken yang ada dipikiranku.  

Oh, Tuhan, kataku, jangan biarkan apapun terjadi pada Ken!  

Aku pun mengemasi barang-barangku yang ada di atas meja kantor, hampir tanpa kusadari, aku langsung berlari keluar dan menyetop taksi. Pergi ke rumah sakit yang sedang merawat Ken, yang baru saja kecelakaan tabrak lari tadi.


***
Ken terlihat pucat. Oh, Ken. Tubuhnya terlihat kurus diatas ranjang rumah sakit.   

Ken, aku mencintaimu, Ken. Jangan pergi lagi, 

Tanpa sadar sepertinya aku menyuarakan isi hatiku. Kulihat Ken membuka matanya.


***
(Ken)
Kulihat dia berdiri di ambang pintu. Rambutnya kusut masai. Matanya sembab. Bev, sepertinya Ia menangis untukku.

Beverly... Aku bahagia melihatmu. Kumohon kau jangan menangis lagi.

Kataku padanya.Ya, aku memang bahagia. Bahagia melihatnya.  

Tersenyum, Bev, kumohon, tersenyum... Aku ingin melihatmu tersenyum...

Ia menuruti permintaanku, ia memaksakan sebuah senyum, dan menghambur disampingku. Aku benar-benar bahagia, Bev.

Tiba-tiba aku merasa damai, dan juga sangat lelah. Aku mengusap kepalanya, dan ia memandangku. Kulihat Bev berteriak histeris yang tak lagi dapat kudengar. Sejurus kemudian, kulihat orang-orang berjubah putih masuk keruangan ini. Bev dipojok ruangan menangis tersedu-sedu, segera dibawa keluar oleh salah seorang suster.

Aku lelah, sangat lelah. Lelah sekali. Lalu aku mencoba tidur, sebentar saja. Aku ingin bermimpi, bermimpi indah. Bermimpi indah bersama Bev. Aku-pun mengatupkan kedua kelopak mataku.


***

(Bev)
Kini Aku tau kenapa Ken sering termenung. Ia menderita kanker otak, dan sudah sangat parah. Tapi kini, aku sudah mengikhlaskannya. Ken bahagia sampai detik terakhirnya. Aku tau itu dari senyuman yang ditinggalkannya. Aku menabur bunga di atas pusara Ken.

Aku mencintaimu, Kennedith..

Rumah Tua-Drama


Rumah Tua
           
Reena, Naza, Fajar, Sary dan Mauren adalah 5 sekawan. Mereka selalu bermain bersama. Mereka sama-sama menyukai petualangan. Suatu hari ketika Reena, Naza, dan Fajar sedang mengobrol, datanglah Sary dan Mauren membawa berita dengan heboh.

Sary: “Hey, all!!”
Mauren: “lagi pada ngapain?!”
Reena: “Lagi ngobrol aja, nih. ‘kok kalian keliatan seneng banget, sih?”
Naza: “Iya, nih. Gak biasanya kalian akur, hahaha...”
Fajar: “Hahaha...”
Mauren: “Enak aja, lo?! Ngejek, nih?!”
Sary: “Eeh, udah-udah. Kita ada berita bagus, nih!”
Reena: “Berita apaan? Petualangan lagi?”
Mauren: “Yep, Right!”
Fajar: “Petualangan? Asyik, nih!”
Sary: “Makanya, mau denger, gak?”
Naza: “Udah,  ge’ce! Petualangan gimana?”
Mauren: “So... Gini. Di deket rumah gue, ada rumah kosong.”
Sary: “Nah, gue dan Mauren, punya rencana buat ngunjungin rumah itu!”
Reena: “Rumah kosong?”
Fajar: “Berapa tahun kosongnya?”
Sary: “Kata tetangga Mauren, sih, 10 tahunan.”
Naza: “10 tahun?! Lama juga, ya. Kenapa gak ada yang nempatin?”
Mauren: “Kata orang sih, karena ada hantunya...”
Reena: “Hantu? Maksud lo?
Sary: “Arwah anak kecil gitu, deh.”
Naza: “Ceritain dong!”
Fajar: “Yang lengkap ceritanya, biar jelas!”
Mauren: “Oke. Jadi gini, dulu, di rumah itu ada anak perempuan. Dia kesepian. Gak                    punya temen gitu. Ibunya udah meninggal pas ngelahirin dia. Bapaknya nikah lagi sama seorang wanita, yang angkuh banget. Suatu hari, ketika anak ini umurnya 7 tahun, bapaknya meninggal karena suatu kecelakaan gak jelas. Anak ini, tiba-tiba menghilang. setelah di cari, di laporin polisi, tetep gak ketemu.”
Naza: “Jadi, hantunya anak cewek itu?”
Sary: “Gak tau juga sih. Tapi kemungkinan emang anak cewek itu. Katanya, setelah menghilang, dirumah itu jadi sering digangguin penghuninya. Ibu tiri anak perempuan itu sampe-sampe jadi gila!”
Fajar: “Kayaknya seru juga, nih!”
Mauren: “Jadi??”
Sary: “Pada mau kesana?”
Naza: “Yah...” (menggaruk belakang kepala)
Fajar: “Gue ikut, deh...”
Reena: “Bolehlah..”
Sary: “Oke, malam ini, ya!”
Reena, Naza, Fajar: “MALAM INI?!”

            Akhirnya setelah rundingan, sindiran, dan perdebatan yang cukup panjang, mereka setuju untuk mengunjungi rumah tua malam itu juga. Dengan  membawa peralatan seadanya seperti senter, jaket, dan tentunya keberanian dalam hati masing-masing. Mereka melangkah diiringi decitan kayu yang telah lapuk.

Reena: “Aduh, serem banget disini...”
Naza: “Gue nyesel udah ikut.”
Fajar: “Sama, gue juga nyesel. Coba tadi gue ikut ibu gue aja, ke ‘ondangan.”
Mauren: “Yee.. Anak mami lo pada!”
Reena: “Kan emang serem, Ren,”
Sary: “Udah-udah! Tapi emang serem juga, sih. Dingin banget lagi, ih,”
Naza: “Balik aja, yuk!”
Fajar; “Iya! Yuk, cabut sekarang?”
Mauren: “Lenje lo semua! Kita udah nyampe sini, make balik segala? Cape deh...”
Sary: “Bentaran lagi, deh.”
Reena: “Eh, apaan, tuh?” (menunjuk ke sebuah pintu tua)
Mauren: “Apaan?”
Reena: “Itu! Di pintu itu!”
Sary: “Oh, pintu yang itu, bukan?”
Naza: “Pintunya aneh.”
Fajar: “Kaya ada segelnya gitu, ya?”
Sary: “Segel? Emang minuman?”
Reena: “Keramat kali?”
Mauren: “Coba kita deketin!” (Berlima: mendekati pintu yang dimaksud)
Naza: “Ada bacaannya,”
Fajar: “Udah lama kali, ya? Tulisannya agak kabur gitu,”
Reena: “Coba kita baca,”
Mauren: “Dilarang keras...”
Sary: “Untuk memasuki ruangan ini,..”
Fajar: “Ataupun sekedar menyobek segel ini...”
Naza: “ Karena ruangan ini sangat berbahaya..”
Reena: “Bagi yang melanggar...  Akan di kutuk selamanya!!”
Fajar: “Tuh, kan. Serem banget!”
Naza: “Cabutlah! Gue keringet dingin, nih!”
Sary: “Mmm, Mauren?”
Mauren: “Payah lo semua! Gak bakal ada apa-apa! Percaya deh, ama gue!” (Merobek segel)
Reena: “MAUREN!!”
Mauren: “Apa?” (Meremas-remas segel, membuang ke samping)
Reena: “Lo itu!! Kalo ntar kenapa-napa gimana?”
Mauren: “Gak ada apa-apa... Kan?”

            Angin berhembus kencang menjawab pertanyaan Mauren yang menggantung. Dingin, dan suram. Suasana berubah menjadi mencekam.

Naza: “Kok, rasanya, jadi tambah dingin, yah?”
Fajar: “Iya, jadi tambah gelap, pula!”
Mauren: “Eh, ini pintu ada kuncinya! Gue buka, ya..”
Sary & Reena: “Mauren! JANGAN!!”

            Ceklek! Dan kunci terputar. Pintu dapat dengan mudah dibuka. Mauren akan memutar kenop pintu, ketika, angin berhembus lebih kencang dan dingin. Suasana berubah menjadi lebih aneh mencekam, dan mulai menggila. Barang-barang bergerak dengan sendirinya.

(Kursi 1 jatuh, Semua terkejut.)
Fajar: “Astagfirullah!”
Naza: “Hal ‘adzim...”
Mauren: “Cuma kursi. Tenang,”
(Barang-barang mulai berjatuhan)
Sary: “Mauren!”
Reena: “Kita pergi! SEKARANG!!” (Menarik lengan Sary, dan mereka berlima keluar dari rumah itu.)

            Esoknya, semua kembali seperti biasa. Tetapi, satu yang tidak biasa. Ketika sedang berkumpul-kumpul, Mauren datang dengan wajah yang murung.

Mauren: “Hey, Guys.”
Sary: “Mauren, lo kenapa?”
Reena : “Iya, kok muka lo pucet gitu?”
Mauren: “Gue, akhir-akhir ini, mimpi aneh,”
Fajar: “Mimpi apaan?”
Mauren: “Tentang rumah tua kemaren,”
Naza: “Kualat, sih lo!”
Reena: “Eeh, Naza!”
Sary: “Gak boleh gitu, Naza. Sahabat kita kan lagi sedih!”
Naza: “Iye-iye. Maap,”
Fajar: “Mauren, lo mimpi apa, tentang rumah tua itu?
Mauren: “Gue.. Mimpi.. Ada anak perempuan, di rumah tua itu.. Ngajakin gue main terus.. Dia ngajak gue main, ke kamar kemaren...”
Reena: “Trus apa lagi?”
Mauren: “Dia nunjuk-nunjuk kardus di ujung kamar itu, dia maksa gue, buat buka kardus itu. Gue gak mau, dan dia marah. Gue takut banget.”
Sary: “Kayaknya ada yang aneh...”
Fajar: “Kardus? Kardus maksudnya?”
Mauren: “Ya kardus biasa,”
Naza: “Trus, isinya apa?”
Mauren: “Gak tau...”
Reena: “Kayaknya ada yang aneh, deh...”
Sary: “Pertanda, kali?”
Naza: “Mungkin anak cewek itu minta kita kesana, buat ngeliat isi kardus itu?”
Sary: “Gue gak mau kesana lagi! Gue kapok!”
Reena: “Kita harus kesana.”
Mauren: “Gue gak yakin itu ide yang bagus.”
Reena: “Gue mau tau, apa isi kardus itu.”
Naza: “Iya sih, siapa tau isinya emas, berlian atau apa gitu, biar kita jadi kaya, hahaha.”
Fajar: “Otak lu tuh, ye! isinya duit doang!”
Sary: “Kayaknya bukan, deh. Kalo anak cewek itu ngotot banget, bisa jadi itu barang berharga buat dia. Boneka, atau buku harian, misalnya.”
Reena: “Dugaan gue, sih... Lebih berharga dari itu semua.”
Sary: “Apaan, dong?”
Reena: “Di dalam kardus itu... Mungkin Isinya...”
Sary : “Isinya apa?”
Reena: “Gak tau juga, sih.”
Mauren: “Kita bakal kesana?”
Sary: “Gue ikut, deh!”
Fajar: “Kalo semua ikut, gue sih, ikut aja.”
Reena: “Ya udah! Malam ini kita kesana lagi!”

            Esok malamnya, mereka kembali ke rumah tua itu. Berbekal pengalaman dari mimpinya, Mauren memimpin jalan.

Sary: “Serem banget, nih...”
Reena: “Mauren, lo yakin, ini jalannya?”
Mauren: “Gue yakin banget.”
Naza: “Eh, pada gak mau balik sekarang, nih? Mumpung pintu keluar masih deket. Masih keburu kalo mau mundur.”
Fajar: “Naza! Gak jantan banget sih, lo! Yang cewek aja brani gitu.”
Mauren: “Udah-udah. Tuh, pintunya udah di depan.”

            Mereka memasuki pintu kamar kemarin dengan perasaan was-was.

(Pintu kamar terbuka, masuk berurutan; Mauren, Sary, Reena, Naza dan Fajar.)
Mauren: “Ini.. Kamarnya...”
Reena: “Ren, apa itu, kardusnya?”
Mauren: “Iya.”
Sary: “Kita buka, nih?
Naza: “Sekarang?”
Fajar: “Hati-hati.. Tapi jangan gue yang buka.”
Mauren: “Oke, gue yang buka.” (membuka kardus)
Reena: “Astagfirullah! Isinya... Isinya...”
Berlima: “TENGKORAK!!”
Reena: “Keluar, kita keluar dari sini!”
Sary: “Iya, ayo!”
Mauren: “Ayo keluar!”

            Esoknya mereka melaporkan penemuan mereka ke polisi.

Polisi 1: “Terima kasih, karena ade-ade semua telah menemukan mayat anak ini, yang telah hilang selama 10 tahun.”
Polisi 2: “Kalian semua sungguh berani.”
Mauren: “Terima kasih, pak.”
(Reena melihat sesuatu di ujung ruangan. Ia memungutnya.”
Reena: “Eh, ini segel pintu yang ewaktu itu, kan?”
Sary: “Mana, mana?”
Naza: “Iya kali.”
Fajar: “Coba buka?”
Mauren: “Kok ada tulisan lagi?”
Reena: “Bacaannya; ‘terima kasih’”
Polisi 1 : “Sepertinya tulisan tangan.”
Polisi 2: “Tapi, warnanya, merah pekat.”
Mauren: “Jangan-jangan...”
Reena: “Darah?”

TAMAT

The Sister-Drama


Sisters

Wendy, Windi, dan Winda adalah 3 bersaudara. Wendy telah memasuki masa kuliah dan lebih dewasa dibanding kedua adiknya. Windi dan Winda, kedua adiknya, lebih sering bertengkar karena hal-hal sepele. Tetapi, mereka tetap saling menyayangi sebagai kakak dan adik.

Suatu malam, Windi dan Winda, beserta satu orang teman Windi, Fiana, baru saja pulang dari berbelanja di sebuah mall besar di tengah kota. Winda tengah menghitung uang sisa dari belanja tadi, dan terlihat panik ketika mengetahui uangnya kurang.

Winda: “Loh? Kok duit gue kurang?”
Windi: “Kenapa, Nda?”
Winda: “Duit gue kurang, kak!”
Fiana: “Kan kita abis shopping, Udah kepake, kali?”
Winda: “Tapi gak mungkin banget, kurang! Udah gue itungin! Tu duit buat beli buku, nih!?”
Windi: “Itung lagi, Nda!”
Winda: “Jangan- jangan, kepake ama lo, ya kak?!”
Windi: “Hah? Maksud lo?!
Winda: “Tadi kan, pas shopping, duit lo kurang!”
Windi: “Ngawur, lo dek! Nuduh gue? Enak aja!”
Winda: “Siapa lagi kalo bukan, lo?”
Windi: “Sembarangan lo, dek!! Ada juga elo tuh, yang pikun!”
Winda: “Kok jadi ngatain gue pikun, sih! Enak banget ngatain gue kaya gitu! Gak terima gue! Elo yang salah, emang elo kan, yang ngambil duit gue?!”
Windi: “Eh, Winda! nyolot banget, sih, lo? udah dibilangin bukan gue!”
Fiana: “Eh, kok jadi pada berantem gini, sih? Udah-udah!”
Winda: “Gimana gak marah, kalo duit kita, diambil ama orang yang nggak mau tanggung jawab?!”
Windi: “Winda! Udah deh, diem! Gue lagi nyetir, nih!”
Winda: “Aaaahh!! Udah, Stop disini! GUE MAU TURUN!!”
Windi: “Oke, fine! Turun sono!”
Winda: “Dasar, maling, lo!”
Windi: “Nyolot!”
Fiana: “Eh, Winda? kok turun? Windi? Ini udah malem ,lho, Ndi! kalo Winda kenapa- napa, gimana?”
Windi: “Biarin aja, lah! Gak peduli! Gue gak ada urusan ama anak kayak dia!”
Fiana: “Oh, oke. Terserah lo, deh. Tapi gue gak ikutan, ya.”
            Mobil Windi melaju dengan kencang dari tempat itu. Meninggalkan Winda yang termagu sendiri, mondar-mandir menunggu taksi. Beberapa saat kemudian, barulah Winda sadar, betapa mengerikannya malam itu. Malam yang hening. Winda menyusuri jalan dengan perasaan yang waswas. Dalam hati ia mengumpat sendiri karena bertengkar dengan Windi dan ngotot turun untuk mencari taksi.

Winda: “Argh! Sialan! Kemana sih, taksi-taksi? Kok, nggak ada?Mana udah malem banget, lagi!” (Sambil menatap jam dan berjalan.)

            Winda tidak menyadari, ada yang tengah mengintainya dari kegelapan. Mereka adalah Eko dan Udin, preman-preman yang baru saja selesai pesta mabuk-mabukan.

Udin: “Aduh, ko! enak nbanget, yah? malem-malem ngegele, kaya begini!”
Eko: “Hahahaha... Iya iya....”
Udin: “Weh, ko! Ada cewe cakep, tuh!”
Eko: “Hah? Mana, mana?”
Udin: “Rabun sih, lu! Itu, tuh!”
Eko: “Eh, iya, ya!”
Udin: “Kayaknya orang kaya, nih.”
Eko: “Rampok, yuk?!”
Udin: “Yuk!!”

            Udin dan Eko pun menghampiri Winda dengan mimik muka mengerikan.

Udin: “Neng geulis... Mau kemana, neng?”
Eko: “Liat tasnya dong...”
Winda: “Apa-apaan? Siapa kalian? Mau ngapain, ini?”
Udin: “Main bentar, aja, kok neng...”
Winda: “Eh? Kalian? Rampok!! Tolong!!” (Berlari)
Udin: “Jangan lari, kamu!”
Eko: “Sikat, Din!”

            Udin dan Eko pun membunuh Winda tanpa perasaan, hnya untuk mengambil harta yang ada di tas Winda.

Udin: “Hahaha! Banyak nih, duitnya!”
Eko: “Loh, Din, cewenya mati, lo, Din?”
Udin: “Waduh, iya, malah mati.”
Udin & Eko: “Kabur!!!”

Udin dan Eko pun pergi meninggalkan mayat Winda tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Sementara itu, Windi telah pulang kerumahnya. Wendy yang sedang membaca di ruang tamu, terkejut akan pulangnya Windi tanpa munculnya Winda disampingnya.

Windi: “Assalamu’alaikum!”
Wendy: “Wa’alaikum salam!”
Windi: (menaruh barang bawaan di samping kursi Wendy, mengambil gelas di meja.)
Wendy: “Loh, Windi! Winda kemana?”
Windi: “Tau tuh, kak! Anak aneh, dasar. Minta turun di jalan. Abis itu, ngilang, deh! Main kali, kerumah temennya!”
Wendy: “Jangan main-main, loh, Ndi! ini udah malem!”
Windi: “Gak tau, kak!” (Minum.)
Wendy: “Kamu ini! Ade sendiri bukannya dijagain!”

            Terlihat bayangan disamping Wendy. Wendy tidak menyadarinya. Windi mengambil minum di meja.

Windi: (Minum.)
Wendy: “Ndi, gak biasanya Winda gak nelpon dulu kalo kemana-mana.”
Windi: (Berbalik.) “Gak tau, ka...” (Terpotong.) “Kak, itu.... itu....”
Wendy: “Kenapa, Ndi?”
Windi: “Itu... Itu...” (Pingsan.)
Wendy: “Ya, Allah! Windi! Windi? Mang Mi’un!!! Mang Mi’un!!! Sini cepetan!! GPL!!” (menghampiri Windi, dan mneggoyang-goyangkan Windi)
           
Mang Mi’un adalah sopir, tukang kebun, koki, sekaligus pelayan setia di keluarga Wendy, Windi, dan Winda. Datanglah Mang Mi’un.

Mang Mi’un: “Ada apa, non? Astagfirullah! Non Windi! Non Windi kenapa, non?”
Wendy: “Gak tau, nih! Bantuin saya, atuh!”
Mang Mi’un: “Oh, iya-iya! Ayo atuh!”

            Setelah Itu dikamar Windi, Windi pun akhirnya siuman.

Windi: “Kak Wendy...”
Wendy: “Iya, kenapa Windi?”
Windi: “Aku kok ada disini?”
Wendy: “Ini kamar kamu, Windi. Kamu tadi pingsan. Kamu kenapa, sih?”
Windi: “Kak, kok, aku tadi, kaya ngeliat Winda, ya? Tapi.. tadi, dia serem banget...”
Wendy: “Halusinasi kamu aja, kali. Udah, kamu tidur, ya.”
            Esoknya, Winda belum pulang juga. Ketika malam, Windi dan Fiana baru saja pulang dari sebuah salon. Saat perjalanan pulang, Windi dan Fiana mengobrol bareng. Windi menyetir.

Fiana: “Hahaha... Seru banget ya, tadi. Ngomong-ngomong, Ade lu dah pulang?”
Winda: “Hahahaha, iya. Hah? Winda? Tau, ah! Ke laut, kali!”
Fiana: “Eh, jangan gitu, loh! ntar beneran, lagi!”

            Mobil Windi melaju dengan kencangnya. Saat sedang asyiknya menyetir, tiba-tiba Windi mendengar sesuatu.

Winda: “Windi... Windi...”
Windi: “Hah? Lo manggil gue, Na?”
Fiana: “Hah? Apa-apaan?”
Windi: “Trus, tadi gue denger apa, dong?”
Fiana: “Jangan nakut-nakutin gue gitu, dong, Ndi!”
Winda: “Windi... Windi... Gue disini...”
Windi: “Lo denger, gak sih?”
Fiana: “Gue gak denger apapun, Ndi.”

             Karena penasaran, Windi melihat ke jok belakang melalui kaca spion dalam. Ia terkejut. Serta merta ia menarik rem secara tiba-tiba.

Windi: “Astagfirullah! Winda?!”
Fiana: “Aduh! Lo apa-apaan, sih?!”
Windi: “Lo gak liayt? tadi itu, Winda...?!”
Fiana: “Udah, udah! Kita cabut aja, cepetan! Emang gak aman, ya? satu mobil ama lo!”

            Windi Langsung tancap gas. Malamnya ia masuk kemaar dengan perasaan was-was dan tidak tenang. Ia masih tegang karena kejadian yang baru saja menimpanya.

Windi: “Sebenernya, gue kenapa, sih? Winda... Lo dimana, sih?! kenapa lo gak pulang-pulang?” (menaruh barang-barang, dan mengaca.)
Winda: “Windi...”
Windi: “Win.. Winda?”(Berbalik.)
Winda: “Windi...”
Windi: “Elo udah pulang? Kok, lo di kamar gue, sih?”
Winda: “Gue gak bisa pulang, Ndi...”
Windi: “Maksud lo?”
Winda: “Bantuin gue, Ndi...”
Windi: “Gue gak ngerti...” (Barang jatuh, Windi menoleh,) “Astagfirullah!” (kembali menghadap ke arah Winda. Winda menghilang.) “Winda? Winda? Apasih, maksud ini semua?”

            Esoknya, ada sebuah berita mengejutkan di TV. Polisi menemukan mayat seorang perawan tergeletak dipinggir jalan. Windi yang mendengar berita itu merasa was-was. Ia pun mengabarkan berita itu ke Wendy.

Windi: “Kak, udah denger berita pagi ini, belum?”
Wendy: “Berita apaan, Ndi?”
Windi: “Itu, loh! Berita, ada mayat anak perempuan, jalan tempat aku ninggalin Winda waktu itu.”
Wendy: “Trus kenapa?”
Windi: “Kalo itu, Winda gimana, kak?”
Wendy: “Itu pasti bukan dia. Gak mungkin itu dia! Kali gitu, kita kesaan sekarang!”

            Wendy, Windi, Fiana, dan Mang Mi’un pergi ke tempat kejadian. Di TKP, police line telah terpasang. Mereka pun menghampiri salah seorang polisi yang tengah bertugas.

Wendy: “Selamat siang, pak!”
Polisi: “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?”
Windi: “Begini, pak. Kami melihat berita di tv, bahwa ada yang menemukan mayat perempuan disini kemarin.”
Fiana: “Kami hanya ingin memastikan, bahwa mayat itu bukan adik dari teman saya ini.”
Polisi: “Oh, boleh. Silahkan diperiksa.”

            Ketika akan membuka tudung mayat, salah seorang polisi datang dengan membawa barang bukti.

Polisi 2: “Komandan! Kami menemukan barang milik korban!”
Polisi: “Baik. Perlihatkan barang itu kepada saya.”
Mang Mi’un: “Loh, bukannya itu tas milik non.. Winda?”
Windi: “Kak Wendy!! KAK!! itu, tas Winda,  Berarti,... Ini Winda..”
Wendy: “Astagfirullah! Winda? jadi.. Winda?” (menangis, Wendy & Windi.)
Fiana: “Udah, Ndi.. Udah.. Jangan nangis...”
Windi: “Winda mati gara-garaaku... Ini salahku...”
Mang Mi’un: “Udah non, nanti non Winda di alam sana malah gak tenang.”
Wendy: “Iya, Mang. Saya tau.  Sekarang, lebih baik kita pikirkan cara mengubur Winda dengan layak.
Windi: “Maafin gue, ya, Ndi... Gara-gara gue, Lo jadi kaya’ gini...”

Akhirnya mereka-pun menguburkan Winda dengan layak.

Naskah Drama- CindeBolong


Di pagi yang cerah, terdengar suara makian dari sebuah rumah yang luas dan indah.

Rebecca: “bolong !!! BOLONG…!!!!! Mana sarapan gue!!!!!!!!”
Bolong: “Ini, Kak!”
Rebecca: “Hmm.... Cuih!!! Makanan apaan, nih? Gak enak banget!!!”
Bolong: “Maaf, Kak...”
Rebecca: “Kalau masak, yang bener dong ?! Masa’ sih, gini aja gak bisa?”
Bolong: “Maaf deh, kak.. Bolong gak bakal ngulangin lagi...”
Rebecca: “Maaf, Maaf!! Emang Minta maaf bisa bikin gue kenyang?”
Bolong: “Nggak, Kak...”
Rebecca : “Aduhh.... bolong, Bolong !!! Kenapa Gue punya adik Kaya’ Loe???”
Bolong: “Takdir kali, Kak!”
Rebecca: “BOLONG...!!!!!!!”

Belum puas Rebecca memarahi Bolong, datanglah sang ibu tiri alias Madam Rose dan kakak tiri kedua, Jessica.

Madam Rose, & Jessica : “ BOLONG......!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Madam Rose: “Bolong! kamu nyuci gak bener, ya?”
Jessica: “Ngapain aja, sih? Nyuci doang gak bisa!”
Bolong: “Maaf, Mom... Tadi Bolong masak sarapan dulu buat Kak Rebecca, jadi nyucinya buru-buru.....”
Rebecca: “Oh... Nyalahin gue? Gitu?”
Bolong: “Eh, Emm.... Enggak Kak, Alesan doang...”
Rebecca: “Dasar Gak Bener!!”
Jessica: “Melarat... deh, punya adik kayak loe!!”
Bolong: “Yang penting kalau ada Bolong, ada yang ngurusin rumah! Daripada kakak, dandan mulu!”
Rebecca: “Bolong! Ni anak mau dihukum, ya?”
Jessica: “Ngeselin banget, sih! ni anak satu!!”
Madam Rose: “Udah, udah! Bolong! Nyuci sana! Yang bener, ya! Abis itu, nyapu!”
Bolong: “Iya Monster.... Ehh, Mommy...”
Madam Rose: “Dasar kurang ajar!”

Rebecca, Madam Rose, dan Jessica meninggalkan Bolong dengan tumpukan baju yang wajib di cuci....

Bolong: “Ihh.... Kenapa, sih? Keturunan monster itu gak pernah berubah? Bolong                mulu yang di kasih kerjaan.... Kapan ya, Bolong bisa bahagia? Nasib, Nasib....!! Capek kalau begini terus...”

Kasian juga si Bolong, udah kerja, diomelin mulu ama ‘trio monster’... mungkin itu memang takdirnya. Tapi, ternyata nasib berkata lain. Mungkin ia tidak akan selamanya menderita. Pada suatu siang, ketika Bolong sedang menyapu halaman depan.

Bolong: “Ih, sendal jepit?! Sendal apaan nieh?! Simpen aja dehh....”
Pengantar surat: “Surat datang!!! Apa ini benar rumah keluarga Madam                   Rose?”
Bolong: “Pak pengantar surat. Ya, inilah rumahnya. Ada apa? Apa ada surat untuk kami?”
Pengantar surat: “Ada undangan dari kerajaan yang disebar untuk seluruh perempuan muda seperti anda di seluruh kota ini.”(sambil memberi undangan)
Bolong: “Wah, undangan! Apakah akan ada pesta?”
Pengantar surat: “Tentu saja! Malam ini pangeran akan mempersunting istri! Disini diberi tahukan, bahwa: kepada seluruh anggota kerajaan, harap datang ke pesta topeng yang akan di adakan di ruang dansa istana malam ini. Pada malam ini, pangeran akan memilih calon pasangannya !”
Bolong: “Benarkah? Siapa calonnya?”
Pengantar surat: “Pangeranlah yang akan memilihnya. Baiklah, masih banyak surat yang akan saya bagikan. Selamat siang!”
Bolong: “Ya, selamat siang!”

Tiba-tiba, Rebecca datang.

Bolong: “Wah, ternyata semua orang boleh datang ke pesta ini! Berarti Bolong juga bisa datang! Akhirnya, bisa bertemu dengan pangeran!”
Rebecca: “BOLONG!!! Surat apaan tuh?”
Bolong: “Emm, emm....”
Rebecca: “Sini, suratnya!” (merebut surat) “Wahh... Mommy!!!!!! Mom... Mommy!!!!! Jessica!!!!! Sini cepetan!!!!”
Madam Rose: “Iya, iya! Kenapa sih, teriak-teriak?”
Rebecca: “Liat nih!!! Pangeran akan memilih calon permaisurinya!!”
Jessica: “Ah, masa’ sih?!”
Madam Rose: “Wah, ini kesempatan bagus! Cepat! Kalian harus berdandan! Bolong! Bantu kakak-kakakmu!”
Bolong: “Iya, Mom...”

Bolong membantu dengan perasaan sedih. Ia ingin sekali mengikuti pesta itu. Tapi, mana mungkin ibu tiri yang jahat itu mengizinkannya? Kalaupun diizinkan, apa yang akan dia pakai? Bolong hanya bisa diam dan patuh, membantu kakak-kakaknya.

Rebecca: “Bolong!!! Sini!!! Bantuin gue!!!! Sisir rambut gue!!! Cepetan!!!”
Bolong: “Iya, kak..”
Rebecca :“Pasti ntar, gue yang bakal dipilih oleh sang pangeran!! Makanya, gue benar-benar harus tampil cantik!!”
Bolong: “Iya, kak...”
Rebecca: “Aww!!! Loe nyisir gimana seh? Loe iri ya, ama gue?! Gara-gara gue lebih cantik dari loe?!”
Bolong: “Enggaklah kak, orang aku lebih cantik dari kakak.. Upss...”
Rebecca: “Ngeselin baget sih, ni anak!” (Hampir menampar Bolong)

Jessica: “Bolong!!!!!! Sini!!! BURUAN!!!!!!!”
Bolong: “Iya, iya! Ada apa kak?
Jessica: “Pake nanya lagi!! Nih, sisirin rambutku yang cantik ini!!!”
Bolong: “Iya, kak....”
Jessica: “Aww...!!!! Nyisir yang bener dong!!! Udah, ah! Gue nyisir sendiri aja!!”
Bolong: “Ya udah, kalau gak mau di bantu...”

Jessica dan Rebeccca berdandan secantik... mungkin. Mereka ingin menjadi perempuan yang paling cantik di pesta itu. Keretapun tiba. Madam Rose dan anak-anaknya akan pergi. Tapi, akhirnya Bolong memberanikan diri untuk ikut dalam pesta tersebut.

Bolong: “Mommy... Apakah Bolong boleh mengikuti pesta juga? Di undangan tertulis, semua orang boleh datang, berarti Bolong...”
Madam Rose: “Cukup, Bolong!! Apa kamu tidak malu? Dengan keadaan seperti itu, datang kepesta pangeran?! Memalukan!” (Memotong ucapan Bolong)
Jessica: “Ya, apa yang mao loe pakai?! Baju itu?! hahaha....”
Rebecca: “Ke pesta Pangeran make baju kaya getho??? Bayangin kalo itu terjadi!!! Hahaha....” (Rebecca dan Jessica tertawa bersama)
Madam Rose: “Cukup! Kita harus segera berangkat!”

Ketiga ‘trio monster’ itupun meninggalkan Bolong yang terduduk lesu di atas lantai. Ia tidak percaya bahwa ibu dan kakak-kakak tirinya ternyata begitu  kejam.

Bolong: “Mengapa mereka bisa sekejam itu?! huhuhu.....”
Sandal jepit: “ Bolong, Bolong... Jangan nangis! Eke akan bantu elo kok!”
Bolong: “Siapa itu?”
Sandal Jepit: “Ini gue, cin... si Sandal Jepet!!! aduhh... Cin!!! eke ke sene pengen bantuin elo!!!”
Bolong: “Sandal? bukannya sendal?!”
Sandal Jepit: “ah... apa aja bolee.... oke, eke telah menyiapkan kereta, tapi buat baju loe... nih!!!” (Melempar gaunnya)
Bolong: “Aduh... Busyet, cakep amat gaunnya!! makasih sandal jepit!!”
Sandal Jepit: “Ingat, loekau harus pulang sebelum jam 12 malam! coz of why, sihir ini akan pudar  setelahnya!”
Bolong: “oke deh...”

Bolongpun pergi ke pesta pangeran. Sementara itu, di pesta pangeran.

Rebecca: “Wah! Pesta ini sungguh meriah! Makanannya juga sangat enak! Gue pengen nyoba semuanya!”
Jessica: “Dasar gembil! Makanya pengeran gak akan milih elo! Hahaha...”
Rebecca: “Apa kata loe?!”
Jessica: “Loe gendut! Maka, gak mungkin pangeran bakal milih loe! Dia pasti bakal milih gue! secara, gue lebih cakep dari loe!”
Rebecca: “Dasar menyebalkan!”
Madam Rose: “Cukup, anak-anak. Pangeran harus memilih satu diantara kalian! Karena jika satu diantara kalian terpilih, maka kita juga mendapat harta kerajaan!”

Tiba-tiba, dari arah pintu ruang keluarga kerajaan, pangeran Charles keluar.

Pengawal 1: “Yang mulia, Pangeran Charles!”

Pengeran Charles tersenyum dengan hangat dan melambaikan tangannya. Beberapa perempuan di pesta itu hampir pingsan melihatnya. Memang benar adanya. Pangeran Charles sangat tampan.

Rebecca: “Mom, Mommy! Rasanya aku mau pingsan!”
Jessica: “Tampannya!!!”
Madam Rose: “Diam anak-anak! Pangeran itu melihat ke arah sini!”
Rebecca & Jessica: “Wahh... Tampannya!!”
Jessica: “Dia pasti melihat ke arah gue!!” (Membenahi bajunya)
Rebecca: “Nggak! Kearah gue!” (Mendorong Jessica)
Madam Rose: “Anak-anak! Diam! Pangeran itu melihat ke arah sini!”

Pangeran lewat di depan mereka.

Madam Rose, Jessica, & Rebecca: “YANG MULIA...”

Pangeran Charles tersenyum ke arah mereka. Tiba-tiba pintu ruang dansa istana terbuka kembali. Bolong datang dengan gaun pesta yang indah! banyak gadis yang melihatnya merasa iri. Termasuk saudara-saudaranya. Mereka tidak mengenali Bolong.

Jessica: “Mom, Mommy! Lihat itu! gadis itu sangat cantik!”
Madam Rose: “Hah?! Siapa gerangan orang itu?!”

Rebecca, Jessica ataupun gadis-gadis lainnya di pesta itu merasa iri melihat kecantikan dan keindahan gaun yang dikenakan Bolong. Sementara itu, Pangeran Charles menggenggam tangan Bolong dan mengajaknya berdansa.

Pangeran: “Maukah anda berdansa denganku?”
Bolong: “Ya..”

Pangeran dan Bolong berdansa. Sementara Rebecca dan Jessica juga berdansa dengan menatap sinis kearah Bolong dan Pangeran.

Pangeran: “Apa aku mengenalmu?”
Bolong: “Saya rasa tidak, pangeran.”
Pangeran: “mana mungkin?! apakah kau seorang putri?”
Bolong: “saya rasa bukan”
Pangeran: “bajumu sangat indah... apalagi wajahmu... apakah mungkin kita pernah bertemu? atau berpapasan saja?”
Bolong: “tidak pernah pangeran. mungkin hanya dalam mimpi..”
Pangeran: “Hahaha... ya... dalam mimpi.. apa yang kita lakukan dalam mimpimu?”
Bolong: “Berdansa di dekat sebuah kebun bunga...”
Pangeran: “Hahaha... Seperti yang kita lakukan sekarang ini?”
Bolong: “Ya...”
Pangeran: “lebih baik kita berbicara di balkon istana...” (Menggenggam tangan bolong )

Pangeranpun mengajak Bolong ke balkon istana.

Pangeran Charles: “Kau gadis tercantik yang kulihat dipesta ini...”
Bolong: “Terima kasih, emm... Yang mulia...”
Pangeran Charles: “panggil aku,Charles saja. tak usah pakai pangeran...”
Bolong: “Charles...”
Pangeran Charles: “Ya! Kau tau, aku sebenarnya tidak begitu menyukai pesta. Apalagi pesta meriah seperti ini. Banyak wanita-wanita yang.. Terlalu rumit.. Tapi kelihatannya, kau berbedadari mereka...”
Bolong: “Saya tahu itu, Charles.” (tertawa kecil)
Pangeran Charles: “Hari ini, aku harus memilih calon istriku. Tapi, aku bingung harus memilih siapa.”
Bolong: “Saya yakin, kau akan menemukan tambatan hati yang diinginkan.. ”
Pangeran Charles: “Terima kasih.. aku harap, aku dapat melakukan apa yang kau katakan...”
Bolong: “Sama-sama..”
Pangeran Charles: “Oh, ya... siapa namamu?!”
Bolong: “Namaku...”


TENG!!! TENG!!! TENG!!! Waktu menunjukkan jam dua belas malam tepat. Seketika Bolong ingat akan janjinya kepada Sandal Jepit.

Bolong: “Maaf, aku harus segera pergi!”
Pangeran Charles: “Mengapa?! Ini baru jam 12 malam!! Pesta belum berakhir!!” (menggenggam tangan Bolong)
Bolong: “Tapi ini berakhir untukku!! Maafkan aku!!” (melepaskan pegangan)
Pangeran Charles: “Tapi, kau bahkan belum memberi tahu namamu!”
Bolong: “Maafkan aku!”

Bolong begitu terburu-buru sehingga ia melupakan Sandal jepit kanannya begitu saja. Pangeran mengambil sandal itu. Bolong menyimpan sandal satunya.

Pangeran Charles: “Wanita seperti dia, akan kucari kemanapun juga!”

Esok harinya, tersebar berita ke seluruh kerajaan bahwa : ‘Barang siapa yang kakinya muat dengan sepatu yang ditemukan pangeran, maka pangeran akan mempersuntingnya’. Pangeran dan pengawalnya pergi ke satu rumah ke rumah lainnya, demi mencari pujaan hati sang pangeran. Banyak sudah wanita yng mencoba, tetapi tak ada yang muat. Hingga suatu siang, Pangeran datang kerumah Madam Rose.

Rebecca: “Dia datang! Dia datang!”
Jessica: “Pangeran datang!”

Pangeran-pun membuka pintu.

Pengawal 2: “Madam rose, kami mengetahui bahwa anda mempunyai putri. Bolehkah kami mencoba memakaikan sendal ini kepada mereka?!”
Madam Rose: “Yang Mulia, silahkan...”

Pengawal 1 mencobanya kepada Jessica.

Jessica: “Yahh... Kebesaran!”

Pengawal 2 mencobanya kepada Rebecca.

Rebecca: “Ah! Terlalu sempit!”

Pangeran merasa kecewa. Rumah ini satu-satunya harapannya. Rumah terakhir dikota ini.

Pangeran Charles: “Tidak ada lagikah perempuan di kota ini?! Bagaimana aku bisa                                                                                    mendapatkan wanita impianku itu?!”

Bolong-pun datang.

Bolong: “Bolehkah saya mencobanya?!”
Madam Rose: “Bolong! Cepat pergi kedapur! Maaf yang mulia, dia hanya pembantu kami.”
Pangeran Charles: “Tidak! Biarkan ia mencoba!”
Madam Rose: “tapi, yang mulia?”
Pangeran Charles: “Biarkan ia mencoba!”
Madam Rose: “Baik, Yang mulia....”

Pengawal 2 memakaikannya kepada Bolong.

Bolong: “Pas!”
Pangeran Charles: “Inilah wanita yang kucari-cari! Bolong, maukah engkau menikah denganku?!” (memegang tangan Bolong)
Bolong: “Ya, pangeran.”

Akhirnya pangeran dan Bolong menikah dan hidup bahagia selamanya. Ibu dan kakak-kakak tirinya meminta maaf dan Bolong memaafkannya. Semua berakhir dengan bahagia.


TAMAT
kembali aku kenang
sebuah cahaya terang
yang selalu datang
dan pergi disaat pagi menjelang

satu puisi (1)

aku, dan semua, yang terluka karena cinta..
aku kan menghilang..
bersama bintang-bintang..
di malam yang kelam..

Minggu, 23 Januari 2011

tugas

PERISTIWA RENGASDENGKLOK
16 AGUSTUS 1945

Pada tanggal 14 Agustus 1945, para pemuda mengadakan rapat di Jakarta 

Sutan Syahrir                : assalamu’alaikum
Semuanya yg hadir  : Waalaikum Salam
Sutan sahrir                  :Saudara-saudara ku saya mendengar berita yang mengembirakan bagi kita semua, yaitu menyerahnya Jepang terhadap sekutu. itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia ( bersemangat )
Sukarni                          : itu merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi kita semua, tapi, maksud darii kekosongan kekuasaan itu apa ?
Sutan Syahrir                  : “artinya, Jepang tidak lagi berkuasa terhadap negeri kita karena menyerah kepada sekutu, sedang sekutu belum sepenuhnya menguasai Indonesia.
Sukarni                         : “oh, Ya  mengerti maksud tuan, terima kasih atas penjelasannya tuan 
Chairul Saleh                : “lalu sekarang apa yang harus kita lakukan  untuk mengisi kekosongan kekuasaan ini ?”
Sutan syahrir                    : “Bagaimana kalau kita mengajukan kepada soekarno dan Moh. Hatrta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya?
Chairul Saleh                  : ‘Saya setuju . karena waktu itu inilah yang tepat bagi kita semua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Mendengar yang dibicarakan  Chairul saleh para pemuda ricuh, mereka begitu gembiranya mendengar Indonesia akan memproklamasikan kemerdekaannya Sepertinya mereka tidak sabar untuk membicarakan keinginan rakyat ini bersama Soekarno dan Moch Hatta, Chairul Saleh yang melihat sikap para pemuda tersebut kemudian mencoba  untuk menenangkan mereka. Para pemuda duduk dan  dan susasana tenang kembali

Chairul Saleh                : “kalau kalian sudah setuju, besok kita akan mendatangi rumah Soekarno dan kita bicarakan  maksud  keinginan  kita semua.”

Rapatpun akhirnya  selesai.
Keesokan harinya  pada tanggal  15 Agustus 1945 para pemuda  mendatangi  rumah Soekarno.

Sutan Syahrir                : asalamu’alaikum
Fatmawati                    : (membuka pintu)  waalaikumSalam !
Sutan syahrir                 : “maaf bu, apakah Bungkarnonya ada ?
Fatmawati                    : “kang mas ada didalam, memang ada apa yah mencari
   kang mas?
Chairul Saleh                : ada hal  yang penting   yang harus kami bicarakan
  dengan nya.
Fatmawati                    : “oh kalau begitu   ya sudah ayo silahkan masuk
Chairul saleh                 : ‘terima kasih Bu
Fatmawati                    : Sama-sama  . kalau begitu saya
  panggilkan dulu kangmas

Fatmawati akhirnya pergi meninggalkan para pemuda di ruang tamu dan kemudian ia menemui Soekarno
Akhirnya Soekarno datang , kemudian para pemuda berjabat tangan dengan Soekarno. Dan menceritakan maksud kedatangan mereka.
Soekarno                : “Saya dengar dari istri saya katanya ada yang ingin kalian
    bicarakan memang apa
Chairul saleh            : “Kami ingin membicarakan tentang keinginan kami untuk
secepatnya Indonesia memperoklamsikan kemerdekaannya
Soekarno                : “Maksud kalian apa saya tidak mengerti?
Chairul saleh            : maksud kami adalah menginginkan  agar secepatnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
Soekarno                : “Lalu kenapa kalian ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Sutan sahir              : “Karena inilah kesempatan yang baik bagi kita semua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena Jepang sudah menyerah pada sekutu
Soekarno                : “Apa kalian tidak memikirkan bahaya apa saja apabila bila kita tetap nekad memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?
Sutan sahir              : “Yang jelas kami menginginkan kemerdekaan Indonesia secepatnya!
Soekarno                : “Apa ini tidak terlalu tergesa-gesa ?
Sutan sahir              : “Jadi usulan kami belum dapat di setujui ?
Soekarno                : “Nanti saja kita bicarakan lagi lebih lanjut dengan anggota PPKI lainnya.
Sutan sahir              : “Ya sudah kalau memang keputusan Bung Karno seperti itu apa boleh buat
Chairul saleh            : “Mungkin pembicaraan ini kita cukupkan sekian saja karena sudah terlalu malam. Sebelumnya kami meminta maaf mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat Bung
Soekarno                : “Tidak apa-apa, silahkan!

(Merekapun berjabat tangan dan berpamitan pulang)
malam harinya para pemuda mengadakan rapat lagi tepatnya jam 20.00 WIB untuk membahas mengenai sikap Soekarno yang kurang mendukung keinginan para pemuda.

Chairul saleh            : “Bagaimana kalau apa yang kita bicarakan ini kita rundingkan kembali dengan Soekarno dan Moch Hatta

Semua yang hadir    : Setuju

Akhirnya mereka berangkat ke rumah Soekarno, tak lama kemudian mereka sampai di rumah Soekarno

Chairul saleh                 : “Asalamu’alaikum !”
Fatmawati                    : “Oh mancari Kang Mas ada didalam, ayo masuk, tokoh-tokoh tua juga sedang berkumpul disini
Sukarni                         : Apa Bu, tokoh tua juga ada disini ?
fatmawari                : “Ya ada, seperti Moch Hatta, Dr Samsi, Buntaran, dan yang lainnya. mari masuk, silahkan duduk, saya penggilkan dulu Kang Mas
sukarni                         : “Silahkan Bu !

Tidak lama kemudian Soekarno datang bersama tokoh-tokoh tua
Chairul saleh            : “Maaf Bung, lagi-lagi kami menganggu waktu anda
Soekarno                : Ah tak apa-apa, lalu apa yang ingin kalian bicarakan
Chairul saleh            : “Begini, Bung sendiri sudah tehukah bahwa kami menginginkan Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya
Soekarno                : “Yah saya tahu, kalian begitu menginginkan Indonesia segera memperoklamasikan kemerdekaan,
Latif Hendraningrat  : :Lalu kenapa Bung tidak menyetujui, kalau Bung menginginkan kemerdekaan Indonesia?
Soekarno                : “Saya tidak bisa seenaknya menyetujui usul, tanpa mengadakan rapat dahulu dengan anggota PPKI
Sutan sahir              : :Saya harap Bung tidak mengadakan rapat dengan PPKI, karena yang saya takutkan nanti Jepang malah mengetahui rencana ini Bung.
Soekarno                : “saya tahu itu bahwa memang PPKI itu dibentuk oleh Jepang, tapi itu merupakan satu-satunya jembatan bagi kita unruk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia
Chairul saleh            : “Tetapi kami tidak ingin Jepang ikut campur tangan dalam rencana ini, Bung!
Ahmad Soebarjo     : “Jadi maksudnya kita memutuskan segala ikatan dengan Jepang.
Soekarno                : “Tetapi saya tidak setuju. lebih baik kita bicarakan masalah ini dengan anggota PPKI lainnya dulu.
Sutan sahir              : Tapi
Soekarno                : (Memotong pembicaraan sutan sahir) “saya tidak akan mengikuti keinginan kalian.”

para pemuda dan Soekarno berisitegang, dan keadaan semakin panas. Tiba-tiba Moch Hatta datang

Hatta                       : “Asalamu’alaikum”!
Soekarno                : “Waalaikum salam!”
Hatta                            : “ada apa ini ? mengapa smeua berkumpul ?
Soekarno                : “Ah tidak apa-apa . Kami sedang membicarakan keinginan para pemuda ini
Hatta                       :saya dengar kalau tidak salah mereka ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Soekarno                : benar sekali, tapi yang saya tidak setujui karena saya tidak bisa mengambil keputusan ini sendiri
Hatta                       : “kita rundingkan dulu masalah ini tanpa para pemuda, kita renungkan bersama para tokoh tua
Soekarno                : “Baiklah saya setuju!”
Hatta                       : tapi bagaimana dengan para pemuda ini
Soekarno                : “Biarkan para pemuda itu duduk di serambi belakang

Pemudapun keluar dari rumah Soekarno dan menunggu tokoh tua yang berunding. Mereka menunggu di serambii belakang. Bung Karno dan Bung Hatta serta para tokoh nasionalis tua berunding

Hatta                            : “apa yang sekarang kita lakukan sedangkan para pemuda terus mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?
Soekarno                : memang Berita tersebut benar tentu saja seharusnya kitalah dahulu yang mengetahuinya.
Hatta                            : Jadi maksud bung kita tidak akan mengikuti keinginan para pemuda
Soekarno                : “benar, karena yang saya takutkan natinya malah terjadi  prtumpahan darah, mengingat kekuatan militer masih siap siaga dan kuat disini.
Buntaran                 :” Ya. bagaimana  kalau keputusan anda dan bung Hatta untuk tidak menyetujui keinginan para pemuda ini kita
Hatta                            : ‘Ya sudah ayo kita hampiri mereka!

kemudian para tokoh nasionalis tua itu beranjak keluar dan menemui para pemuda yang sejak tadi menunggu di serambi belakang.

Suhud                     : “bagaiman keputusan anda Bung.?”
Soekarno                :”Saya tetap pada pendirian saya, bahwa kami tetap tidak ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sekarang ini. 
Sutan Syahrir           :bailkah kalau pendirian anda seperti itu, tapi yang jelas kami akan berusaha memproklamasikan kemedekaan Indonesia secepatnya.

Akhirnya para pemudapu poergi dari rumah Soekarno dengan kekecewaan yang mendalam.

Pukul 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda mengadakan rapat di Cikini.

Chaerul Saleh          : sekarang apa yang harus kita lakukan Soekarno dan Moh. Hatta tetap bersikeras tidak menyetujuinya usul kita ?
Sutan syahrir         :”Begini saja saya mengusulkan agar Bung Karno dan Moh. Hatta kita asingkan saja keluar Jakarta untuk menjauhkan mereka dari pengaruh  Jepang, apa kalian setuju usul saya?

Sukarni, Yusup Kamto, Muwardi berkata “ Setuju “

Sutan syahrir           : “saya bingung, kita akan membawa kedua tokoh Nasionalis itu kemana?
Muwardi                 : “Kita serahkan saja tugas ini kepada Singgih dan latif Hendra ningrat karena mereka berdua adalah anggota peta”
Latif                        : baiklah

skitar 15 menit mereka berpikir
latif                          : “Bagaimana kalau kita bawa mereka ke renggas dengklok dekat Karawang, karena disana dekat dengan tempat salah satu pemusatan tentara peta yang keamanannya terjamin
singgih                     : “apa kalian menyetujuinya?”
suhud                      : :”Bagus, kami setuju dengan rencana tersebut

latif hendra ningrat dan Singgihpun kemudian pergi ke rumah Soekarno. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Soekarno.

Singgi                           : “Assalamualaikum?”
Fatmawati               : “Walaiku salam (Fatmawati membuka pinti) aa apa malam-malam begitu bertamu kemari?

Latif                             : “maaf Bu, kami tidak bermaksud menganggu waktu istirahat Ibu, tapi ada hal penting yang harus kami bicarakan dengan Bung Karno.
Fatmawati                    : “Ah tidak apa-apa, mari silahkan masuk!
Latif                             : “Terima kasih bu”
 Fatmawati               : kalau begitu tunggu sebentar yah saya panggilkan dulu Bung Karnonya. kebetulan Bung Hatta juga menginap di sini, apa Bung Hatta juga perlu saya panggilkan”
latif                               : “Ya, Bu silahkan
Fatmawati meninggalkan mereka berdua, ia menemui suaminya dan Bung Hatta untuk memberitahukan kedatangan para pemuda. Tak lama kemudian Bung Karno datang ia di temani oleh Moch Hatta. Fatmawati pergi ke dapur.

singgih dan Latif       “ Asalamu’alaikum”
(Mereka berdiri saat Soekarno dan Moch Hatta datang)
soekarno                 : Waalaikum salam ayo silahkan duduk
singgih                     : Terima kasih
soekarno                 : Sama-sama.  Katanya kalian ingin membicarakan hal yang penting dengan saya, memang hal yang penting hal apa. Apa berkaitan dengan yang tadi siang
singgih                          : “Sebelumnya kamu meminta maaf lagi-lagi kami mengganggu waktu istirahat Bung,
soekarno                 : “Begini Bung, kami sebenarnya di utus kemari karena mendapat tugas untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta keluar kota
hatta                        : “Kemana ?”
latif                          :”Ke kerawang!”
hatta                        : “Memang kenapa kamu harus pergi keluar kota?”
latif                          : “Untuk menghindar dari pengaruh Jepang!
Hatta                       : “Tapi kalau kami tidak mau?”
Latif                        : “Sekarang tuan bukan waktunya untuk berdebat cepat ikut kami
Bung Karno            : “Apakah ini semua penting?”
Latif                             : “Sangat penting!”
Bung Karno            : “Baiklah kami akan ikut tapi saya berpamitan dulu dengan Fatmawati

(Soekarno pergi dan menemui Fatmawati di dapur)
soekarno                 : Bu, Kang Mas pamit dulu, Kang Mas akan pergi dengan para pemuda itu
fatmawati                : “Kemana?”
soekarno                 : “Ke Karawang!”
fatmawati                : “Bolehkah saya ikut. Saya merasa akhir-akhir ini perasaan saya tidak enak tentang Kang Mas!”
soekarno                 : “Baiklah ayo cepat!”
(Akhirnya Soekarno dan Fatmawatipun kembali)
singgih                          : Maaf Bung, apakah sudah selesai bicaranya kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita berangkat agar lebih cepat
Bung Karno            : “Ya sudah kita berangkat

Akhirnya mereka meninggalkan rumah Soekarno dan langsung menuju Renggas dengklok di Karawang. Setelah lama di perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah. Di sana Soekarno dan Moch. Hatta terus di desak oleh pemuda. Namun ternyata sungguh besar wibawa mereka berdua hingga para pemuda menjadi naik pitam.

Latif                             : “Bung Karno, tunggu apa lagi waktu inilah yang tepat bagi kita semua memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia
Singgih                    : “Iya, sebaiknya Bung setuju usul kami ini !
Soekarno dan Muhammad Hatta Terdiam ketika para pemuda terus mendesak Soekarno dan Moh Hatta agar
menyetujui keinginan para pemuda. Namun Soekarno tetap saja bersikeras dengan pendirinnya.

Soekarno                : Maaf tapi saya tidak bisa

Singgih                    : “(Sambil menodongkan pistol kepada Soekarno) “Proklamasikan Kemerdekaan Indonesia secepatnya kalau tidak kubunuh kau!

Fatmawati yang melihat kejadian ini kemudian ia menghampiri dan merangkul Soekarno dan bertanya kepada para pemuda

Fatmawati               : “apa-apaan kalian ini?
sutan sahrir              : “Tidak apa-apa bu, kami cuma ingin memproklamasikan Indonesia secepatnya. Namun Bung Karno menolak
fatmawati                : “Ya saya tahu itu. Tapi jalannya tidak seperti ini. Lagi pula kalau Kang Mas menolak untuk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia saat ini. Pasti ia mempunyai alasan tersendiri
sukarni                    : “Lalu dengan jalan bagaimana padahal keputusan ada di tangan kedua pemimpin tersebut?
fatmawati                : “Ya sudah bagaimana kalau masalah kalian ini kita bicarakan lagi dengan kepala yang dingin tidak dengan emosi

akhirnya Fatmawatipun berhasil meyakinkan para pemuda agar kembali berunding dengan Soekarno dan Moh Hatta.
Disisi lain achmad Soebardjo yang mengetahui keberadaan Soekarno dan Fatmawati serta Muhamad Hatta berusaha
meyakinkan para pemuda agar kedua tokoh nasional itu di bawa kembali ke Jakarta

Ahmad Soebarjo     : “Sudahlah Chairul Soleh sebaliknya kalian jangan menahan Soekarno dan Moch Hatta
Chairul Saleh           : “Memang kenapa, apa alasannya?”
Ahmad soebarjo      : “Rasanya tidak arif apabila kita menahan kedua tokoh nasionalis itu.
Chairul saleh            : “Tidak arif bagaimana? kami sudah mencoba untuk meyakinkan mereka namun tetap saja mereka menolak
Ahmad soebarjo      : “saya akan membantu kalian untuk meyakinkan Soekarno dan mhch Hatta
Yusuf Kamto           : “Apakah yang Bung bicarakan ini dapat di pegang, yang kami inginkan adalah kemerdekaan Indonesia !
Ahmad soebarjo      : “Percayalah, saya akan meyakinkan tokoh nasionalis itu agar menyetujui usul kalian itu!
Chairul saleh            : “Ya sudah sebaiknya kita sekarang berangkat ke Kerawang untuk menjemput Soekarno dan Moch hatta
Yusuf kamto            : “Baiklah ayo kita berangkat!

Kemudian mereka berangkat ke Renggas dengklok tepatnya sampai di Renggas dengkok dan bertemu dengan
Soekarno dan Moch Hatta.

Mereka berangkat ke rumah Laksamana maeda tidak lama kemudian mereka sampai di rumah laksamana maeda
Soekarno                : Permisi selamat malam bisakah kami bertemu dengan tuan laksamana maeda?
Orang Jepang          : Baiklah silahkan masuk tuan ada di dalam
Hatta                            : terima kasih
(Sesaat kemudian Soekarno dan Moch Hatta bertemu dengan laksamana maeda)
soekarno                 : “Selamat malam tuan?”
laksamana maeda    : ada apa, kenapa tuan-tuan ini mendatangi kediaman saya. Apakah ada masalah yang serius? (ramah)
Soekarno                : Maaf mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat tuan
Laksamana sobarjo   : Kami bermaksud untuk menanyakan apakah benar berita menyerahnya Jepang terhadap sekutu itu?
Laksamana maeda   : “Dari mana tuan mendengar berita tersebut?
Soekarno                     : Kami mendengar berita tersebut dari salah satu pemuda.
Laksamana maeda   : Memang benar berita tersebut tapi kami masih merahasiakannya agar tidak timbul kekacauan karena kami masih bertanggung jawab terhadap keamanan Indonesia
Moch Hatta             : Sekarang tuan yang kami bingungkan para pemuda terus mendesak agar memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya
Laksamana maeda   : “Wah itu merupakan gagasan yang bagus mengingat inilah waktu yang tepat untuk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia
Moch Hatta             : “Berarti tuan menyetujuinya
Laksamanmaeda     : ya
Ahmad soebrjo       : “Begini, kalau tuan mengijinkan kami boleh meminjam rumah anda
Laksamana maeda   : “Boleh. memang untuk apa?
Hatta                       : “Kami telah sepakat , kami akan secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia rencananya kami akan memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia besok pagi. jadi apakah tuan keberatan?
Laksamana maeda   : “Tidak tidak sama sekali lalu persiapan apa yang akan kita siapkan!
Soekarno                : rencananya kami akan membuat naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
Laksamana maeda   : ya sudah ayo sekarang kita buat bersama naskahnya di ruang makan. Kita tidak boleh membuang waktu percuma kan!
Soekarno                : bagaimana kalau anda, Bung Hatta, ahmad subarjo serta saya saja yang mengerjakan naskah inii bersama
Suhud                           : Benar.
Hatta                            : “Tapi bagaimana dengan para pemuda ini?
Laksamana maeda   : Biarkan mereka disini menunggu kita, ayo Soekarno. Moch Hatta, Ahmad subarjo dan laksamana maeda bersama beberapa pemuda pergi ke ruang makan untuk menyusun naskah proklamasi
Soekarno                : Biarkan saya yang mencatat
Ahmad subarjo        : Baiklah
Soekarno                : untuk pembukaan kata apa yang bagus ya ?”
Hatta                       : “Bagaimana untuk pembukaannya kata proklamasi ?
Soekarno                : lalu untuk isinya apa?
Ahmad subarjo        : “Tunggu sebentar biarkan saya berpikir dulu . bagaimana kalau “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia
Hatta                            : “Itu bagus, karena kan naskah ini menyatakan kemerdekaan bangsa kita!
Soekarno                : “Itukan bagian dari pembukaan sekarang isinya bagaimana?”
Hatta                       : “begini “Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll, di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
Soekarno                : Yah bagus semua sudah selesai, jadinya seperti ini
Ahmad soebarjo      : “Alhamdulillah akhirnya selesai juga
Bagaimana kalau sekarang kita menghampiri para pemuda apakah mereka menyetujuinya isi naskah ini
Soekarno                : Ya sudah ayo kita menghampiri para pemuda
(Tidak lama kemudian mereka sampai di serambi belakang di tempat para pemuda menunggu)
sutan sahrir              : “Bagaimana naskahnya sudah selesai Bung”
soekarno                 : “Sudah akan saya bacakan

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll.
Di laksanakan dengan djara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 – 8- 05
Wakil Bangsa Indonesia

Soekarno                ; Mungkin ada yang ingin menambahkan
Sukarni                   : Ada, kata-kata ada sedikit yang janggal jadi perlu di beri perubahan sedikit
Soekarno                : “Baiklah kita akan memperbaikinya sekali lagi!”
Sukarni                   : “Itu lebih baik!”
Akhirnya mereka merundingkan kembali naskah tersebut bersama para pemuda. Kemudian mereka melakukan sedikit
perubahan pada naskah proklamasi itu. Setelah selesai melakukan sedikit perubahan kemudian Soekarno menyuruh
sayuti melik mengetik naskah proklamasi
Soekarno                : Maaf, apakah sayuti melik bisa mengetik naskah ini dengan perubahan-perubahannya?”
Sayuti melik             : Saya bisa, Bung
Sayuti melikpun mengetik naskah proklamasi, kemudian setelah selesai. Naskah itu di berikan pada Soekarno

Sayuti melik             : Ini Bung naskahnya sudah selesai sekarang tinggal siapa yang akan menandatangani naskah ini
Soekarni                 : Terima kasih, bagaimana kalau naskah ini yang menandatangi adalah kita semua yang hadir disini
Hatta                       : saya setuju
Chairul saleh            : lebih baik anda dan Bung Hatta yang menandatangi naskah tersebut atas nama bangsa Indonesia
Semua yang hadir    : “Setuju, itu lebih baik !”
Soekarno                : Nah sekarang naskah sudah selesai lalu, sekarang yang harus kita pikirkan di mana naskah ini akan di bacakan?
Sukarni                   : Kami sudah menyiapkan tempat kita akan membacakan teks proklamasi ini.
Hatta                       : “Dimana?”
Sukarni                   : “Dilapangan Ikada”
Soekarno                “ Saya menolak”
Sukarni                   : “Kenapa anda menolak?”
Soekarno                : “Karena kalau kita membacakan naskah proklamasi ini di lapangan Ikada pasti akan timbull bentrokan dengan tentara Jepang. Bagaimana kalau kita membacakan teks proklamasi ini dii rumah saya
Hatta                       : Saya setuju, mungkin dengan itu tentara Jepang tidak akan mengacaukan  proklamasii kemerdekaan Indonesia
Semua yang hadir    : setuju
Laksamana maeda   : :”Ya sudah naskah sudah selesai disusun bagaimana kalau kalian pulang ke rimah masing-masing dan istirahat saja lihat kalian begitu lelah. Pagi harinya kita berkumpul di rumah Soekarno
Soekarno                : “Yah kami semua sudah lelah, sebaiknya kami semua pulang saja, sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas izin tuan.
Laksamana maeda   ; Ah tidak apa-apa
Ahmad                    : Ya sudah tuan kami pamit dulu
Akhirnya dini harinya tanggal 17  semua pulang ke rumah masing-masing, tetapi para pemuda tidak pulang ke rumahnya, tetapi mereka menghimpun rekan-rekannya untuk menyebar luaskan berita itu kesegenap masyarakat Jakarta.
Dengan cepat mereka mempersiapkan fomlet-fomlet dan mobil pengeras suara untuk memberitahukan kepada penduduk tentang kabar gembira ini.
Pagi harinya pemuda-pemuda dan penduduk sekitar berkumpul di Jakarta yaitu di rumah Ir. Soekarno.
Muwardi                 : “Bung karno para pemuda telah berkumpul mereka sudah tidak lagi untuk m,endengarkan anda membacakan naskah proklamasi
Soekarno                : “Tunggulah sebentar Bung Hatta belum datang saya akan menunggu Bung Hatta dulu
Muwardi                 : “Ya sudah silahkan, tapi jangan terlalu lama. Kami sudah tidak sabar untuk menunggu sebentar lagi kan sudah pukul 10.00
Soekarno                : “Ehm … baiklah
Suhud                     : (Tiba-tiba datang) “Maaf Bung Karno apakah kita akan melakukan pengibaran bendera merah putih
soekarno                 : Ya haruslah, itukan sebagai simbol kalau kita telah merdeka mana benderanya ?
suhud                      : belum ada.
soekarno                 : Ya sudah biar saya yang mengurus benderanya, saya akan menyuruh Fatmawati menjahitkannya sekarang juga
suhud                      : Ya sudah Bung biar saya yang mencari tiang bambunya, saya permisi dulu
soekarno                 : Ya silahkan, Wikana tolong panggilkan Fatmawati kemari”
Wikana                   : “Baik Bung Karno”
Sesaat kemudian Fatmawati datang
Fatmawati               : “Ada apa Kang Mas memanggil saya?”
Soekarno                : Bu tolong jahit bendera merah putihnya disini. Pokonya Kang Mas minta sekarang jahitkan benderanya.
Fatmawati               : baik, mas.
Kemudian fatmawati mancari kain itu, setelah selesai mencari fatmawati menjahit dengan tangan. Tidak lama
kemudian Moch Hatta datang tepat pukul 19.45

Hatta                       : Maaf terlalu lama menunggu saya
Soekarno                : Ah tidak
Hatta                       : Memang persiapan apa
Soekarno                : Persiapan untuk pengibaran bendera sedang menjahit benderanya sebentar lagi juga sudah beres

Akhirnya segala persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia selesai benera sudah dijahit, begitu pula dengan tiang bambu suhud sudah mencarinya. Kemudian latif menjemput kedua tokoh nasionalis itu di kamar Soekarno

Latif                        : Maaf Bung bisakah proklamasi ini segera di mulai
Soekarno                : “Bisa, ayo silahkan kita menuju halaman depan
(Saat Soekarno dan Moch Hatta keluar dari rumahnya dan naik ke panggung mereka di sambut dengan antusiasme yang penuh oleh para penduduk yang sudah berkumpul)
tak lama kemudain Soekarno membacakan pidatonya


assalamu’alaikum Wr. Wb

Pada kesempatan pagi ini kita berkumpul untuk menjadi saksi dari peristiwa  penting yang selama ini kita tunggu, yaitu peristiwa yang selalu menjadi impian dan harapan sebagai bangsa yang terjajah. Dari bertahun-tahun yang lalu sampai beratus-ratus tahun yang lalu kita memperjuangkan kemerdekaan kita agar bebas dari penjajahan.
Hari ini kita mengibarkan kemerdekaan kita dengan harapan dapat menjadi tombak agar kehidupan kitaa bisa berubah menjadi lebih baik labih layak dari sebelumnya.
Terima kasih kepada para pejuang yang kokoh dan teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita dengan segenap jiwa dan raganya dari mulai penjajahan Bangsa Portugis, Inggris, Jepang dan Belanda. Kita selama ini seolah seperti orang yang selalu tunduk di hadapan penjajah. Kita seolah mengabdi kepada mereka. Namun di dalam hati kita, kita tetap menjungjung tinggi keinginan dan impian kita untuk kemerdekaan bangsa kita.
Kini semua harapan kita itu bukanlah sebuah angan-angan belaka, melainkan sebuah perjuangan yang hasilnya dapat kita saksikan saat ini, prolkamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, dengan di tandai pembacaan Naskah proklamasi.





PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll.
Di laksanakan dengan djara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta,hari, 17  Boelan 8 tahoen 1945
Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno Hatta

Demikianlah naskah Proklamasi ini sebagai tanda bahwa bangsa kita bangsa indonesia yang telah merdeka. Kemudian sebagai simbol kebebsan dan kemerdekaan kita, kita kibarkan  bendera merah putih.


Dengan ditandai pembacaan naskah proklamasi dan pengibaran sangsaka merah putih maka sejak itu bangsa kita lepas dari belenggu penjajahan.