Senin, 24 Januari 2011

Beverly

 (Ken)
Bev, nama gadis itu. Beverly. Kadang aku suka memanggilnya Little Bee, dan dia akan menggerutu marah tak jelas. Dia, gadis yang sangat berarti di hidupku.



***

(Bev)
Kennedith, aku selalu memanggilnya Ken. Dia orang yang baik. *menggumam* Oke, dia orang yang sangat, sangat, sangat BAIK. Aku sangat menyayanginya, seperti ia menyayangiku. Tapi, ia selalu menyimpan rahasia dariku. Rahasia yang akan membuatku benar-benar hancur & terluka.



***

17 Januari 2008

(Ken)
Hari itu Bev terlihat sangat ceria, aku yakin sekitar 172 kali aku melihat lesung pipit-nya muncul dipipinya. Pantas saja, hari itu adalah hari ulang tahunnya. Karena keluarga Bev bertinggal di tempat yang jauhnya dari kota yang kami tinggali, maka kami hari ini merayakannya hanya berdua. Berjalan di pinggiran emperan toko di malam bersalju... *menghela nafas*

Ah, kupikir lagi rencana ini. Tak mungkin aku memberitahunya. Aku pun tak ingin melihatnya bersedih. Lihat dia, berceloteh riang di hari ulang tahunnya. Tak mungkin bagiku, merusak hari spesial ini untuknya.


***

(Bev)
Ken, ada apa denganmu ? 

Pertanyaan itu terus terngiang dihatiku. Tapi aku yakin ia tak mau berpanjang kata. Oh, Ken, sesungguhnya aku benar-benar sedih melihatmu seperti ini. Kau memang tersenyum, tapi aku tau apa yang ada dihatimu, dapat kurasakan itu dari sikapmu. Ah, mungkin kau tidak ingin menceritakannya dulu. Ken pasti tau betapa berharganya hari ini untukku. 

Terima kasih, Ken.

*** 

(Ken)
Ah... Sirat mata itu. Yah, Ia memang tau diriku. Ia tau aku kini tengah dilanda gundah gulana. Maafkan aku, Beverly. Akan kuberitahu kau semua ini. Tapi nanti. Tidak sekarang. Aku tak mau kau tau semua. Aku ingin kita menikmati waktu-waktu yang bergulir ini dulu, tanpa rasa cemas yang menyeruak.

***

19 Januari 2008

(Bev)
Aku sungguh khawatir padanya. Ia bertingkah aneh belakangan ini. Kenapa ia? Ia seakan-akan ingin menjauh dariku. Tak mau lagi bercengkrama seperti dulu. Semua dimulai saat ia pulang dari check-up di sebuah rumah sakit. Oh, Ken.  

Ada apa denganmu?

***
(Ken)
Kini kau tengah berjalan-jalan memikirkan semua masalah di dekat sebuah rambu lalu lintas. Aku sungguh merasa kacau setelah sore itu. Kala aku menemui seorang dokter langgananku. Masih kuingat setiap detail kata-katanya. Maafkan aku, Ken. Tak ada yang dapat kuperbuat lagi. Pilu aku dibuatnya.  

Oh Tuhan, aku belum mau meniggalkan Bev!

Aku mencintai Bev!

Kumohon, jangan biarkan semua ini terjadi!

Ratapku dalam hati. Saat itulah aku mendengar suara rem mobil yang panjang, diiringi suara klakson mobil yang kencang. Dan juga suara tubrukan.

CIIITTTT!!! BRAAAAKKKK!!


***

(Bev)
Aku tau ada yang salah! Aku selalu tau jika ada yang tidak benar.Ken! Aku tau mengapa hati ini terasa pilu melihatnya tadi pagi. Kini Aku TAU! Ken, Ken, dan Ken. Hanya Ken yang ada dipikiranku.  

Oh, Tuhan, kataku, jangan biarkan apapun terjadi pada Ken!  

Aku pun mengemasi barang-barangku yang ada di atas meja kantor, hampir tanpa kusadari, aku langsung berlari keluar dan menyetop taksi. Pergi ke rumah sakit yang sedang merawat Ken, yang baru saja kecelakaan tabrak lari tadi.


***
Ken terlihat pucat. Oh, Ken. Tubuhnya terlihat kurus diatas ranjang rumah sakit.   

Ken, aku mencintaimu, Ken. Jangan pergi lagi, 

Tanpa sadar sepertinya aku menyuarakan isi hatiku. Kulihat Ken membuka matanya.


***
(Ken)
Kulihat dia berdiri di ambang pintu. Rambutnya kusut masai. Matanya sembab. Bev, sepertinya Ia menangis untukku.

Beverly... Aku bahagia melihatmu. Kumohon kau jangan menangis lagi.

Kataku padanya.Ya, aku memang bahagia. Bahagia melihatnya.  

Tersenyum, Bev, kumohon, tersenyum... Aku ingin melihatmu tersenyum...

Ia menuruti permintaanku, ia memaksakan sebuah senyum, dan menghambur disampingku. Aku benar-benar bahagia, Bev.

Tiba-tiba aku merasa damai, dan juga sangat lelah. Aku mengusap kepalanya, dan ia memandangku. Kulihat Bev berteriak histeris yang tak lagi dapat kudengar. Sejurus kemudian, kulihat orang-orang berjubah putih masuk keruangan ini. Bev dipojok ruangan menangis tersedu-sedu, segera dibawa keluar oleh salah seorang suster.

Aku lelah, sangat lelah. Lelah sekali. Lalu aku mencoba tidur, sebentar saja. Aku ingin bermimpi, bermimpi indah. Bermimpi indah bersama Bev. Aku-pun mengatupkan kedua kelopak mataku.


***

(Bev)
Kini Aku tau kenapa Ken sering termenung. Ia menderita kanker otak, dan sudah sangat parah. Tapi kini, aku sudah mengikhlaskannya. Ken bahagia sampai detik terakhirnya. Aku tau itu dari senyuman yang ditinggalkannya. Aku menabur bunga di atas pusara Ken.

Aku mencintaimu, Kennedith..

1 komentar: