Di pagi yang cerah, terdengar suara makian dari sebuah rumah yang luas dan indah.
Rebecca: “bolong !!! BOLONG…!!!!! Mana sarapan gue!!!!!!!!”
Bolong: “Ini, Kak!”
Rebecca: “Hmm.... Cuih!!! Makanan apaan, nih? Gak enak banget!!!”
Bolong: “Maaf, Kak...”
Rebecca: “Kalau masak, yang bener dong ?! Masa’ sih, gini aja gak bisa?”
Bolong: “Maaf deh, kak.. Bolong gak bakal ngulangin lagi...”
Rebecca: “Maaf, Maaf!! Emang Minta maaf bisa bikin gue kenyang?”
Bolong: “Nggak, Kak...”
Rebecca : “Aduhh.... bolong, Bolong !!! Kenapa Gue punya adik Kaya’ Loe???”
Bolong: “Takdir kali, Kak!”
Rebecca: “BOLONG...!!!!!!!”
Belum puas Rebecca memarahi Bolong, datanglah sang ibu tiri alias Madam Rose dan kakak tiri kedua, Jessica.
Madam Rose, & Jessica : “ BOLONG......!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Madam Rose: “Bolong! kamu nyuci gak bener, ya?”
Jessica: “Ngapain aja, sih? Nyuci doang gak bisa!”
Bolong: “Maaf, Mom... Tadi Bolong masak sarapan dulu buat Kak Rebecca, jadi nyucinya buru-buru.....”
Rebecca: “Oh... Nyalahin gue? Gitu?”
Bolong: “Eh, Emm.... Enggak Kak, Alesan doang...”
Rebecca: “Dasar Gak Bener!!”
Jessica: “Melarat... deh, punya adik kayak loe!!”
Bolong: “Yang penting kalau ada Bolong, ada yang ngurusin rumah! Daripada kakak, dandan mulu!”
Rebecca: “Bolong! Ni anak mau dihukum, ya?”
Jessica: “Ngeselin banget, sih! ni anak satu!!”
Madam Rose: “Udah, udah! Bolong! Nyuci sana! Yang bener, ya! Abis itu, nyapu!”
Bolong: “Iya Monster.... Ehh, Mommy...”
Madam Rose: “Dasar kurang ajar!”
Rebecca, Madam Rose, dan Jessica meninggalkan Bolong dengan tumpukan baju yang wajib di cuci....
Bolong: “Ihh.... Kenapa, sih? Keturunan monster itu gak pernah berubah? Bolong mulu yang di kasih kerjaan.... Kapan ya, Bolong bisa bahagia? Nasib, Nasib....!! Capek kalau begini terus...”
Kasian juga si Bolong, udah kerja, diomelin mulu ama ‘trio monster’... mungkin itu memang takdirnya. Tapi, ternyata nasib berkata lain. Mungkin ia tidak akan selamanya menderita. Pada suatu siang, ketika Bolong sedang menyapu halaman depan.
Bolong: “Ih, sendal jepit?! Sendal apaan nieh?! Simpen aja dehh....”
Pengantar surat: “Surat datang!!! Apa ini benar rumah keluarga Madam Rose?”
Bolong: “Pak pengantar surat. Ya, inilah rumahnya. Ada apa? Apa ada surat untuk kami?”
Pengantar surat: “Ada undangan dari kerajaan yang disebar untuk seluruh perempuan muda seperti anda di seluruh kota ini.”(sambil memberi undangan)
Bolong: “Wah, undangan! Apakah akan ada pesta?”
Pengantar surat: “Tentu saja! Malam ini pangeran akan mempersunting istri! Disini diberi tahukan, bahwa: kepada seluruh anggota kerajaan, harap datang ke pesta topeng yang akan di adakan di ruang dansa istana malam ini. Pada malam ini, pangeran akan memilih calon pasangannya !”
Bolong: “Benarkah? Siapa calonnya?”
Pengantar surat: “Pangeranlah yang akan memilihnya. Baiklah, masih banyak surat yang akan saya bagikan. Selamat siang!”
Bolong: “Ya, selamat siang!”
Tiba-tiba, Rebecca datang.
Bolong: “Wah, ternyata semua orang boleh datang ke pesta ini! Berarti Bolong juga bisa datang! Akhirnya, bisa bertemu dengan pangeran!”
Rebecca: “BOLONG!!! Surat apaan tuh?”
Bolong: “Emm, emm....”
Rebecca: “Sini, suratnya!” (merebut surat) “Wahh... Mommy!!!!!! Mom... Mommy!!!!! Jessica!!!!! Sini cepetan!!!!”
Madam Rose: “Iya, iya! Kenapa sih, teriak-teriak?”
Rebecca: “Liat nih!!! Pangeran akan memilih calon permaisurinya!!”
Jessica: “Ah, masa’ sih?!”
Madam Rose: “Wah, ini kesempatan bagus! Cepat! Kalian harus berdandan! Bolong! Bantu kakak-kakakmu!”
Bolong: “Iya, Mom...”
Bolong membantu dengan perasaan sedih. Ia ingin sekali mengikuti pesta itu. Tapi, mana mungkin ibu tiri yang jahat itu mengizinkannya? Kalaupun diizinkan, apa yang akan dia pakai? Bolong hanya bisa diam dan patuh, membantu kakak-kakaknya.
Rebecca: “Bolong!!! Sini!!! Bantuin gue!!!! Sisir rambut gue!!! Cepetan!!!”
Bolong: “Iya, kak..”
Rebecca :“Pasti ntar, gue yang bakal dipilih oleh sang pangeran!! Makanya, gue benar-benar harus tampil cantik!!”
Bolong: “Iya, kak...”
Rebecca: “Aww!!! Loe nyisir gimana seh? Loe iri ya, ama gue?! Gara-gara gue lebih cantik dari loe?!”
Bolong: “Enggaklah kak, orang aku lebih cantik dari kakak.. Upss...”
Rebecca: “Ngeselin baget sih, ni anak!” (Hampir menampar Bolong)
Jessica: “Bolong!!!!!! Sini!!! BURUAN!!!!!!!”
Bolong: “Iya, iya! Ada apa kak?
Jessica: “Pake nanya lagi!! Nih, sisirin rambutku yang cantik ini!!!”
Bolong: “Iya, kak....”
Jessica: “Aww...!!!! Nyisir yang bener dong!!! Udah, ah! Gue nyisir sendiri aja!!”
Bolong: “Ya udah, kalau gak mau di bantu...”
Jessica dan Rebeccca berdandan secantik... mungkin. Mereka ingin menjadi perempuan yang paling cantik di pesta itu. Keretapun tiba. Madam Rose dan anak-anaknya akan pergi. Tapi, akhirnya Bolong memberanikan diri untuk ikut dalam pesta tersebut.
Bolong: “Mommy... Apakah Bolong boleh mengikuti pesta juga? Di undangan tertulis, semua orang boleh datang, berarti Bolong...”
Madam Rose: “Cukup, Bolong!! Apa kamu tidak malu? Dengan keadaan seperti itu, datang kepesta pangeran?! Memalukan!” (Memotong ucapan Bolong)
Jessica: “Ya, apa yang mao loe pakai?! Baju itu?! hahaha....”
Rebecca: “Ke pesta Pangeran make baju kaya getho??? Bayangin kalo itu terjadi!!! Hahaha....” (Rebecca dan Jessica tertawa bersama)
Madam Rose: “Cukup! Kita harus segera berangkat!”
Ketiga ‘trio monster’ itupun meninggalkan Bolong yang terduduk lesu di atas lantai. Ia tidak percaya bahwa ibu dan kakak-kakak tirinya ternyata begitu kejam.
Bolong: “Mengapa mereka bisa sekejam itu?! huhuhu.....”
Sandal jepit: “ Bolong, Bolong... Jangan nangis! Eke akan bantu elo kok!”
Bolong: “Siapa itu?”
Sandal Jepit: “Ini gue, cin... si Sandal Jepet!!! aduhh... Cin!!! eke ke sene pengen bantuin elo!!!”
Bolong: “Sandal? bukannya sendal?!”
Sandal Jepit: “ah... apa aja bolee.... oke, eke telah menyiapkan kereta, tapi buat baju loe... nih!!!” (Melempar gaunnya)
Bolong: “Aduh... Busyet, cakep amat gaunnya!! makasih sandal jepit!!”
Sandal Jepit: “Ingat, loekau harus pulang sebelum jam 12 malam! coz of why, sihir ini akan pudar setelahnya!”
Bolong: “oke deh...”
Bolongpun pergi ke pesta pangeran. Sementara itu, di pesta pangeran.
Rebecca: “Wah! Pesta ini sungguh meriah! Makanannya juga sangat enak! Gue pengen nyoba semuanya!”
Jessica: “Dasar gembil! Makanya pengeran gak akan milih elo! Hahaha...”
Rebecca: “Apa kata loe?!”
Jessica: “Loe gendut! Maka, gak mungkin pangeran bakal milih loe! Dia pasti bakal milih gue! secara, gue lebih cakep dari loe!”
Rebecca: “Dasar menyebalkan!”
Madam Rose: “Cukup, anak-anak. Pangeran harus memilih satu diantara kalian! Karena jika satu diantara kalian terpilih, maka kita juga mendapat harta kerajaan!”
Tiba-tiba, dari arah pintu ruang keluarga kerajaan, pangeran Charles keluar.
Pengawal 1: “Yang mulia, Pangeran Charles!”
Pengeran Charles tersenyum dengan hangat dan melambaikan tangannya. Beberapa perempuan di pesta itu hampir pingsan melihatnya. Memang benar adanya. Pangeran Charles sangat tampan.
Rebecca: “Mom, Mommy! Rasanya aku mau pingsan!”
Jessica: “Tampannya!!!”
Madam Rose: “Diam anak-anak! Pangeran itu melihat ke arah sini!”
Rebecca & Jessica: “Wahh... Tampannya!!”
Jessica: “Dia pasti melihat ke arah gue!!” (Membenahi bajunya)
Rebecca: “Nggak! Kearah gue!” (Mendorong Jessica)
Madam Rose: “Anak-anak! Diam! Pangeran itu melihat ke arah sini!”
Pangeran lewat di depan mereka.
Madam Rose, Jessica, & Rebecca: “YANG MULIA...”
Pangeran Charles tersenyum ke arah mereka. Tiba-tiba pintu ruang dansa istana terbuka kembali. Bolong datang dengan gaun pesta yang indah! banyak gadis yang melihatnya merasa iri. Termasuk saudara-saudaranya. Mereka tidak mengenali Bolong.
Jessica: “Mom, Mommy! Lihat itu! gadis itu sangat cantik!”
Madam Rose: “Hah?! Siapa gerangan orang itu?!”
Rebecca, Jessica ataupun gadis-gadis lainnya di pesta itu merasa iri melihat kecantikan dan keindahan gaun yang dikenakan Bolong. Sementara itu, Pangeran Charles menggenggam tangan Bolong dan mengajaknya berdansa.
Pangeran: “Maukah anda berdansa denganku?”
Bolong: “Ya..”
Pangeran dan Bolong berdansa. Sementara Rebecca dan Jessica juga berdansa dengan menatap sinis kearah Bolong dan Pangeran.
Pangeran: “Apa aku mengenalmu?”
Bolong: “Saya rasa tidak, pangeran.”
Pangeran: “mana mungkin?! apakah kau seorang putri?”
Bolong: “saya rasa bukan”
Pangeran: “bajumu sangat indah... apalagi wajahmu... apakah mungkin kita pernah bertemu? atau berpapasan saja?”
Bolong: “tidak pernah pangeran. mungkin hanya dalam mimpi..”
Pangeran: “Hahaha... ya... dalam mimpi.. apa yang kita lakukan dalam mimpimu?”
Bolong: “Berdansa di dekat sebuah kebun bunga...”
Pangeran: “Hahaha... Seperti yang kita lakukan sekarang ini?”
Bolong: “Ya...”
Pangeran: “lebih baik kita berbicara di balkon istana...” (Menggenggam tangan bolong )
Pangeranpun mengajak Bolong ke balkon istana.
Pangeran Charles: “Kau gadis tercantik yang kulihat dipesta ini...”
Bolong: “Terima kasih, emm... Yang mulia...”
Pangeran Charles: “panggil aku,Charles saja. tak usah pakai pangeran...”
Bolong: “Charles...”
Pangeran Charles: “Ya! Kau tau, aku sebenarnya tidak begitu menyukai pesta. Apalagi pesta meriah seperti ini. Banyak wanita-wanita yang.. Terlalu rumit.. Tapi kelihatannya, kau berbedadari mereka...”
Bolong: “Saya tahu itu, Charles.” (tertawa kecil)
Pangeran Charles: “Hari ini, aku harus memilih calon istriku. Tapi, aku bingung harus memilih siapa.”
Bolong: “Saya yakin, kau akan menemukan tambatan hati yang diinginkan.. ”
Pangeran Charles: “Terima kasih.. aku harap, aku dapat melakukan apa yang kau katakan...”
Bolong: “Sama-sama..”
Pangeran Charles: “Oh, ya... siapa namamu?!”
Bolong: “Namaku...”
TENG!!! TENG!!! TENG!!! Waktu menunjukkan jam dua belas malam tepat. Seketika Bolong ingat akan janjinya kepada Sandal Jepit.
Bolong: “Maaf, aku harus segera pergi!”
Pangeran Charles: “Mengapa?! Ini baru jam 12 malam!! Pesta belum berakhir!!” (menggenggam tangan Bolong)
Bolong: “Tapi ini berakhir untukku!! Maafkan aku!!” (melepaskan pegangan)
Pangeran Charles: “Tapi, kau bahkan belum memberi tahu namamu!”
Bolong: “Maafkan aku!”
Bolong begitu terburu-buru sehingga ia melupakan Sandal jepit kanannya begitu saja. Pangeran mengambil sandal itu. Bolong menyimpan sandal satunya.
Pangeran Charles: “Wanita seperti dia, akan kucari kemanapun juga!”
Esok harinya, tersebar berita ke seluruh kerajaan bahwa : ‘Barang siapa yang kakinya muat dengan sepatu yang ditemukan pangeran, maka pangeran akan mempersuntingnya’. Pangeran dan pengawalnya pergi ke satu rumah ke rumah lainnya, demi mencari pujaan hati sang pangeran. Banyak sudah wanita yng mencoba, tetapi tak ada yang muat. Hingga suatu siang, Pangeran datang kerumah Madam Rose.
Rebecca: “Dia datang! Dia datang!”
Jessica: “Pangeran datang!”
Pangeran-pun membuka pintu.
Pengawal 2: “Madam rose, kami mengetahui bahwa anda mempunyai putri. Bolehkah kami mencoba memakaikan sendal ini kepada mereka?!”
Madam Rose: “Yang Mulia, silahkan...”
Pengawal 1 mencobanya kepada Jessica.
Jessica: “Yahh... Kebesaran!”
Pengawal 2 mencobanya kepada Rebecca.
Rebecca: “Ah! Terlalu sempit!”
Pangeran merasa kecewa. Rumah ini satu-satunya harapannya. Rumah terakhir dikota ini.
Pangeran Charles: “Tidak ada lagikah perempuan di kota ini?! Bagaimana aku bisa mendapatkan wanita impianku itu?!”
Bolong-pun datang.
Bolong: “Bolehkah saya mencobanya?!”
Madam Rose: “Bolong! Cepat pergi kedapur! Maaf yang mulia, dia hanya pembantu kami.”
Pangeran Charles: “Tidak! Biarkan ia mencoba!”
Madam Rose: “tapi, yang mulia?”
Pangeran Charles: “Biarkan ia mencoba!”
Madam Rose: “Baik, Yang mulia....”
Pengawal 2 memakaikannya kepada Bolong.
Bolong: “Pas!”
Pangeran Charles: “Inilah wanita yang kucari-cari! Bolong, maukah engkau menikah denganku?!” (memegang tangan Bolong)
Bolong: “Ya, pangeran.”
Akhirnya pangeran dan Bolong menikah dan hidup bahagia selamanya. Ibu dan kakak-kakak tirinya meminta maaf dan Bolong memaafkannya. Semua berakhir dengan bahagia.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar